DiVideo Kali Ini Team Shoteng Mencoba Mencari Tahu Misteri Tentang Adannya Makam Kibuyut Santri yang berada di Pesawahan Dekat Dengan Pesisir Pantai Rembat Harikedua, Minggu (10/1) pagi adalah ritual di makam punden desa, yaitu Ki Buyut Terik. Warga setempat membersihkan semak-semak sehingga areal sekitar makam yang tadinya rimbun dan penuh semak belukar dalam waktu singkat berubah menjadi terang benderang. Re [kisunda] Re: makam karuhun sunda #1 Ema Sujalma Tue, 15 Jul 2008 20:48:35 -0700 hatur nuhun Abah, ieu katerangan bade langsung didugikan ka uyut Gentong, simkuring mah ngan sakedik ngoreksi kana ngaran lembur dumeh daerah apal margi pun bapa kawit ti tasik. MakamKi Buyut Urang (Gambar Akhmad Fauzi) Sebelum Bagus Rangin meninggal dia berpesan supaya dikuburkan di Pamayahan dan tempat itu diminta diberi nama Ki Buyut Urang. Hingga saat ini Ki Buyut Urang masih ramai dikunjungi oleh peziarah dan diperingati setiap tanggal 12 bulan Maulud. Cerita ini dikutip dari buku Sejarah Indramayu Karya H. A Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. SALAMANIK BAREGBEG KOLOT DUSUN BAREGBEG DESA BAREGBEG Kata Pengantar Puji Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat ALLAH SWT Tuhan yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia NYA kita semua diberikan kesehatan, keberkahan dan umur panjang sehingga masih bisa menjalani merasakan kenikmatan kehidupan ini yang kadang tidak kita sadari begitu banyak Nikmat dan Karunia NYA yang kita Ingkari. Shalawat serta Salam semoga selalu terlimpah curah ke Jungjunan Kita Habibana Wanabiyana Muhammad SAW serta kepada umatnya yang senantiasa taat dan patuh terhadap ajarannya. Kantor Kecamatan Baregbeg Sekilas Tentang Kecamatan Baregbeg RIWAYAT SINGKAT KECAMATAN BAREGBEGKECAMATAN BAREGBEG DIBENTUK BERDASARKAN Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Kecamatan Sindangkasih, Baregbeg, Panjalu Utara, Lumbung, Purwadadi dan Mangunjaya Kabupaten Ciamis;Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Kecamatan Sindangkasih, Baregbeg, Panjalu Utara, Lumbung, Purwadadi dan Mangunjaya Kabupaten Ciamis;Keputusan Bupati Ciamis Nomor 140/ tertanggal 30 September 2004 Tentang Peresmian Kecamatan dan Penetapan Pusat Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan Ibu Kota Kecamatan Sindangkasih, Baregbeg, Purwadadi, Mangunjaya dan Lumbung Kabupaten Ciamis;Wilayah Kecamatan Baregbeg yang sekarang ini semula merupakan bagian dari wilayah kerja Pemerintahan Kecamatan Ciamis dan Kecamatan Cipaku. Pada saat Pembentukan Perwakilan Kecamatan dengan istilah Kemantren maka terbentuklah Kemantren Baregbeg yang mempunyai wilayah kerja 9 Desa; 8 Desa berasal dari Kecamatan Ciamis yaitu Desa Baregbeg, Mekarjaya, Sukamaju, Pusakanagara, Petirhilir, Karangampel, Jelat, Saguling dan 1 Desa yaitu Desa Sukamulya dari wilayah Kecamatan Cipaku, dengan kantor pusat pemerintahan Kemantren berada di Dusun Ciwalung Desa Baregbeg, dengan batas-batas wilayah sebelah selatan Kecamatan Ciamis, Sebelah Barat Kemantren Sadananya, Sebelah Utara Kemantren Pusakanagara Kecamatan Cipaku dan Sebelah Timur Kemantren Sukadana dan Kecamatan dengan peraturan yang berlaku, pada Tahun 1999 Pemerintahan Kemantren dibubarkan dan Desa-desa eks Kemantren semuanya menjadi Wilayah Kerja Kecamatan Tahun 2004 sesuai dengan Perda Nomor 15 Tahun 2004 dan Perda Nomor 24 Tahun 2004 Terbentuklah Kecamatan Baregbeg yang mempunyai wilayah Kerja 9 Desa yaitu Desa Baregbeg, Mekarjaya, Sukamaju, Pusakanagara, Petirhilir, Karangampel, Jelat, Saguling dan Sukamulya dengan batas-batas wilayah sebelah Selatan Kecamatan Ciamis, Sebelah Barat Kecamatan Sadananya, Sebelah Utara Kecamatan Cipaku dan Sebelah Timur Kecamatan Sukadana dan Kecamatan Keputusan Bupati Ciamis Nomor 140/ Tanggal 30 September 2004 ditetapkan pusat Kegiatan Penyelenggaraan Pemerintahan atau Ibu Kota Kecamatan Baregbeg yang untuk sementara menempati sebagian Kantor Desa hari senin tanggal 11 Oktober 2004 dilantik Camat Pertama Kecamatan Baregbeg atas nama Drs H Iwan Suhendar yang Pelantikannya dilaksanakan di Pendopo Kabupaten hari kamis tanggal 14 Oktober 2004 bertempat di halaman balai Desa Baregbeg oleh Bupati Ciamis diresmikan menjadi Kecamatan Baregbeg bersamaan dengan Kecamatan Sindangkasih, dan Lumbung, maka sejak tanggal itulah Baregbeg menjadi Kecamatan dengan dimulainya Aktivitas Kepemerintahan Kecamatan Baregbeg yang pusat kegiatan Pemerintahannya menempati Kantor Desa Baregbeg yang terletak di Dusun Desa Desa Tahun 2005 Pemerintah Kabupaten Ciamis membangun Kantor Kecamatan Baregbeg di atas tanah milik Pemerintah Kabupaten Ciamis yang terletak di Dusun Ciwalung Desa Baregbeg dan pada awal Tahun 2006 Pusat Pemerintahan Kecamatan Baregbeg berpindah tempat dari Kantor Desa Baregbeg yang terlelak di Dusun Desa Desa Baregbeg ke Gedung Kantor Kecamatan Baregbeg yang terletak di Dusun Ciwalung Desa Baregbeg saat Tahun 2006 dibentuk panitia Pembangunan Gedung Dakwah Islam Kecamatan Baregbeg dan dilanjutkan dengan pengadaan tanah yang lokasinya di Desa Petirhilir, Alhamdulillah saat ini di usianya ke -16 Kecamatan Baregbeg telah memiliki Gedung Dakwah Islam sebagai pusat kegiatan Masyarakat dalam Syi'ar Agama Maupun Kegiatan lahirnya Kecamatan Baregbeg Pelaksanaan Koordinasi Kepala Desa maupun perangkat Desa dengan Camat Terlaksana dengan mudah Efektif, Efisien, pelayanan administrasi sosial pemerintahan kepada masyarakat lebih mudah efektif, efisien. Kepala wilayah Kecamatan Baregbeg mengalami pergantianDrs H IWAN SUHENDAR, asal Desa Utama Kecamatan Cijeungjing menjabat Camat Mulai 11 Oktober 2004Drs SURYANA asal Kecamatan Parigi menjabat sebagai PLH CamatDrs H ATANG TAHMAT asal Kecamatan Cidolog menjabat Camat mulai 02 April 2008 dan yang bersangkutan purnabakti pada tanggal 01 Maret 2009Drs AA HENDARSIN Asal Kecamatan Kawali Menjabat PLH Camat mulai 01 Maret 2009H ROHIM HARYADI SIP Asal Kecamatan Panawangan bertempat tinggal di Dusun Ciaren Desa Sukamaju menjabat Camat mulai 15 Oktober 2009 dan yang bersangkutan purnabakti pada tanggal 31 Mei 2013Drs HERMAN SUHERMAN Asal Kecamatan Cijeungjing menjabat PLT Camat mulai 01 Juni 2013 kemudian menjabat di Kecamatan Pamarican sampai beliau wafatKRISHNA GUNAWAN, Asal Kecamatan Cijeungjng tinggal di jalan Ciharalang menjabat Camat Mulai 09 September 2013 s/d 28 Mei 2014Hj RUSMIWATI asal DKI Jakarta tinggal di Dusun belender Kelurahan Maleber Kecamatan Ciamis menjabat sebagai Camat mulai 29 Mei 2014 Oktober 2019H EDY YULIANTO ATD MM asal Indihiang Tasikmalaya menjabat sebagai Camat mulai tanggal Oktober 2019 Januari 2022Hj SARIFAH, AP, SH asal Menjabat sebagai Camat mulai tanggal Januari 2022 .............. SUASANA HARI JADI KECAMATAN BAREGBEG KE 6 KEGIATAN JALAN SEHAT BERTEMPAT DI ICAKANHUTAN KOTA SALAMANIK Kenapa disebut hutan kota ? karena berdasarkan Keputusan Bupati Ciamis no...... Tahun tentang tentang Situs Cagar Budaya dan Pelestarian Hutan Kota, dibawah pengawasan Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis. letaknya di sebelah selatan Pusat Pemerintahan Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis berjarak kurang lebih 3 Km berupa hutan dengan luas kurang lebih 3 ha, status tanah milik Pemerintah Daerah serta masuk ke Aset Desa Baregbeg, termasuk salah satu Situs Cagar Budaya yang dilestarikan keberadaannya. Tepatnya di Dusun Baregbeg Desa Baregbeg Kecamatan Baregbeg berada pinggir jalan Provinsi jalur Ciamis - Cirebon km 3. Tempat yang cukup asri, teduh serta nyaman untuk melepas lelah ketika melakukan perjalan jauh, baik itu naik kendaraan maupun berjalan kaki. Pohon - pohon yang berusia puluhan bahkan ratusan tahun masih tegak berdiri di tempat itu, walau ada diantaranya beberapa yang telah berguguran kering dan mati, namun belum ada regenerasi pohon pengganti. Tempat itu bernama Hutan Kota Salamanik masyarakat sekitar menyebutnya Makom Keramat Ki Buyut Mangun Tapa karena di tengah - tengah hutan yang berbentuk bukit di kelilingi makam-makam umum terdapat satu Petilasan berbentuk sebuah makam berukuran cukup besar di bawah pohon ki hujan. Menurut sumber dari juru kunci yang bernama Abah Soleh Saepudin itu bukan sebuah makam atau peristirahatan terakhir namun petilasan dimana beliau Ki Buyut Manguntapa memberi Ajaran Agama Islam kepada murid - muridnya serta tempat berkumpul para sesepuh untuk merancang, mendiskusikan dan menyusun rencana untuk keberlangsungan Pemerintahan menuju kesejahteraan masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, sehat lahir dan bathin. Nama lain dari Ki Buyut Manguntapa adalah Ki Gedeng Tapa atau Kiayi Jumanjati serta istrinya bernama Nyimas Kranjang berasal dari Cirebon beliau di utus oleh Kesultanan Cirebon untuk mengajarkan serta membantu kelangsungan pemerintahan di Baregbeg Ki Gedeng Tapa tidak sendiri dalam menjalankan Syi'ar beliau ditemani beberapa pendamping lainnya yaitu 1. Dalem Abrur sebelah timur di seberang sungai Cikalagen 2. Nyai Buni Geulis sebelah Selatan di tengah pesawahan penduduk di Dusun Baregbeg 3. Arya Janggala sebelah selatan dari Nyi Buni Geulis seberang sungai Cikalagen 4. Kiai Gajah Barong sebelah Utara dari Salamanik di Dusun Desa 5. Ki Rambut Beukah sebelah Utara dari Salamanik di Dusun Ciwahangan 6. Ki Ajar Padang sebelah Utara dari Salamanik di Dusun Ciwalung 7. Dalem Sutakerti sebelah Utara dari Salamanik di Dusun Desa 8. Ki Sento Kaler 9. Ki Sento Kidul di samping petilasan Ki Buyut Mangun Tapa atau Ki Gedeng Tapa ada pula pengiring-pengiring nya yang lain yaitu di samping sebelah utara Petilasan tepatnya dibawah bukit di samping pesawahan warga ada sebuah sumur siuk/sendang yang diberi nama Toyo Suci/Pangdongdon yang mana airnya atas Ijin Allah SWT ketika musim kemarau menjadi sumber mata air bagi masyarakat di sekitar situs meskipun keberadaan sumur siuk/sendang tergolong baru dalam pembuatannya sekitar tahun 2005 kebetulan penulis sedikit berpartisipasi dalam pembuatan sumur siuk tersebut yang tentu saja di komando oleh Sesepuh/Juru Kunci yaitu Abah Soleh Kabar6-Masyarakat di Desa Cikamunding, Kecamatan Cilograng, Kabupaten Lebak, berziarah ke makam para leluhur. Kegiatan ini menjadi tradisi baru yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa Cikamunding menjelang peringatan hari jadi desa tersebut yang ke-48. Hari Jadi Cikamunding jatuh pada tanggal 12 Maret 2023. Diawali Kepala Desa Cikamunding Yayan Hendaya bersama aparatur pemerintah desa, LKD, dan tokoh masyarakat berziarah ke makam Ki Buyut Wangir. Ziarah lalu dilanjutkan ke makam Uki dan Djuwaeni, di TPU Makam Kidul Cikamuning II. Keduanya merupakan tokoh perwakilan Cikamunding yang kala itu masih menjadi bagian Desa Cisungsang. Yayan dan rombongan kemudian menuju Kampung Pasirawikuda. Di kampung ini disemayamkan Ruhani yang merupakan kades pertama Desa Cikamunding. “Alhamdulillah tahun ini kita mulai tradisi baru berziarah ke makam para pendahulu, sesepuh dan karuhun,” kata Yayan, Sabtu 11/3/2023. Yayan menuturkan, kegiatan tersebut merupakan bentuk penghormatan dan menghargai para leluhur dan sesepuh yang sudah berjuang membangun Cikamunding. “Dari apa yang telah dilakukan juga diharapkan menjadi cerminan sekaligus memotivasi generasi penerus untuk terus berikhtiar dan berperan aktif secara bersama-sama dalam pembangunan di Cikamunding,” ujar Sekretaris Apdesi Lebak ini. **Baca Juga BPOM Temukan Jamu Kedaluarsa Dijual Bebas di Kabupaten Tangerang “Harapan kami, desa semakin maju pembangunannya, semakin mandiri dan semakin makmur warganya,” tambah Yayan. Berziarah ke makam kades dan tokoh masyarakat terdahulu akan menjadi tradisi yang dilakukan menjelang peringatan Hari Jadi Cikamunding. “Pelaksanaannya pada hari Jumat terakhir sebelum peringatan hari jadi agar lebih khidmat dan sakral,” katanya.Nda Kabupaten Tangerang, IDN Times - Tak terasa, Ramadan sebentar lagi tiba. Saat-saat ini biasanya digunakan sebagian orang untuk ziarah. Salah satu tempat yang biasa dijadikan tujuan ziarah adalah makam para ulama. Penyebaran agama Islam di Kabupaten Tangerang memang tidak terlepas dari peran para ulama. Bermula pada tahun 1580-an, seorang ulama datang ke wilayah yang saat ini menjadi Kabupaten itu, mayoritas warga yang tinggal di sekitar Kabupaten Tangerang, masih memeluk agama Hindu. Nah, ada tiga ulama yang memiliki peran cukup penting dalam penyebaran Islam di Kabupaten Tangerang. Hingga kini, makam ketiganya masih ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah. Baca Juga Dari Imlek Hingga Jejak Tradisi Tionghoa di Bumi Pertiwi 1. Makam Syekh Mas Masa'ad di Solear, CisokaKesultanan Banten Adriaan Buddingh 1811-1869Saat pertama kali tiba di wilayah Solear, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, Syekh Mas Masa'ad dikawal oleh ratusan tentara dari Kesultanan Banten. Syekh Mas Masa'ad merupakan seorang ulama yang bijaksana dan lama setelah kedatangannya, ia lalu mendirikan pesantren sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama Islam di wilayah meninggal, Syekh Mas Masa'ad kemudian dimakamkan di lokasi pesantren. Saat ini, makam ini juga menjadi objek wisata religi, dimana pada objek wisata tersebut juga terdapat hutan lindung dan tumbuh aneka tanaman keras berbagai jenis serta terdapat ratusan monyet ekor memasuki tahun baru Islam, kawasan itu penuh dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah termasuk dari Cirebon, Kudus, Jombang, Lampung maupun Kuningan. 2. Makam Kramat Panjang, PakuhajiMakam Keramat Panjang terletak di Jalan Raya Cituis, Kelurahan Keramat, Kecamatan Makam tersebut cukup kesohor di masyarakat Tangerang, juga umat Islam di itu terlihat dari animo peziarah yang selalu tinggi. Gak heran, makam ini merupakan salah satu destinasi wisata religi di satu hal yang unik dari makam ini adalah panjangnya yang mencapai 9 meter dan lebar 1,5 meter Makam Keramat Panjang berada di dalam masjid, tak jauh dari Jalan Raya Cituis. Tepat pinggir jalan terdapat plang bertuliskan "Masjid Makam Keramat Panjang".Diyakini, makam ini merupakan tempat peristirahatan seorang ulama penyebar Islam yang hingga akhir hidupnya enggan menyebutkan namanya. Masyarakat pun hanya menyebut makam keramat panjang lantaran ceritanya yang sudah menyebar hingga luar Kabupaten Tangerang. Baca Juga Pangeran Wiraguna, Arsitek Menara Banten Asal Tionghoa 3. Makam Ki Buyut Janir, LegokMakam Ki Buyut Janir, Legok Google/Syarif HidayatullahMakam Ki Buyut Janir di Desa Legok, Kabupaten Tangerang diyakini warga keramat. Lokasinya dekat dengan perumahan warga Legok Permai. Ki Buyut Janir merupakan ulama keturunan Cirebon yang menyebarkan Islam hingga ke dari dalam tanah kuburan ini tumbuh pohon Kopo. Pohon itu dahulu sangat rindang. Sebagian warga percaya kalau batang pohon ini patah maka itu adalah isyarat akan terjadi bencana. Baca Juga [FOTO] Masjid Agung Kesultanan Banten Dipadati Pengunjung Kudus - Sebuah jenglot yang ditemukan di makam keramat Desa Burikan, Kecamatan Kota, Kudus, Jawa Tengah bikin heboh. Jenglot itu memiliki rambut panjang dan bertaring dua. Lalu seperti apa penampakannya?"Iya kemarin Sabtu tanggal 27 Februari 2021 ditemukan jenglot di makam punden Mbah Buyut Akasah Desa Burikan. Baru pertama ini penemuan jenglot," kata Juru Kunci Punden Mbah Buyut Akasah, Mamik Junaidi saat dihubungi detikcom lewat sambungan telepon, Minggu 28/2/2021.Mbah mamik menceritakan jenglot itu ditemukan pada Sabtu 27/2 siang. Kala itu sedang ada kegiatan bersih-bersih di kompleks makam Buyut Akasah. "Pertama kali ini, pada waktu kerja bakti sama tukang pembersih, itu membersihkan di pompa. Pada saat salat duhur, terus saya duhur. Saya pamit pembersih mau ke masjid jamaah, terus ke masjid. Setelah pulang masjid dipetuk ketemu tukang pembersih. Dia bilang aku penemu jenglot pak," menjelaskan jenglot jenglot ditemukan memiliki panjang antara 15 sampai 20 sentimeter. Adapun ciri-cirinya memiliki dua taring, berambut panjang, hingga memiliki kuku jari tangan panjang. Jenglot yang ditemukan itu berwarna coklat."Ukurannya 15 sentimeter sampai 20 sentimeter. Bentuknya seperti rambutnya panjang sampai satu dengkul. Ada siung panjang ke bawah dua. Tidak ada pakaian, jenis kelaminnya laki-laki, warnanya coklat," ungkap Mbah menyebut penemuan jenglot itu dikhawatirkan bikin heboh warga sekitar sehingga disimpan oleh pihak pengurus makam Buyut Akasah. Namun, akhirnya jenglot itu diserahkan ke Yayasan Menara Kudus, sebab kata Mamik, Buyut Akasah masih ada garis keturunan dengan Sunan Kudus."Jadi itu mistik, lha saya kalau taruh di makam terus bisa-bisa dibongkar orang. Nah lebih baik diamankan di Menara Kudus hari Minggu 28/2 siang kemarin sudah diserahkan. Alasannya karena Mbah Akasa ini masih ada keturunan dari Sunan Kudus, sehingga akhirnya kita serahkan ke sana untuk disimpan," terang Mbah Dosen Sejarah dan Budaya pada IAIN Kudus, Moh Rosyid menjelaskan jenglot memiliki dua versi dalam dunia perdukunan. Pertama menjadi makhluk jadi-jadian dan yang kedua merupakan nyata yang makan darah."Versi dunia perdukunan, jenglot ada dua versi satu makhluk jadi-jadian yang bisa disuruh majikannya untuk ditugasi mengantar hal magis atau guna-guna atau teluh. Kedua makhluk gaib beneran yang tidak makan nasi tapi makan darah," kata Rosyid saat dihubungi detikcom lewat telepon, Senin 1/3.Dia menyebut jika jenglot itu berupa jimat, biasanya cenderung digunakan ke hal negatif. Jenglot, menurutnya, juga lebih digunakan dunia santet."Serumpun jimat tapi mengarah yang negatif, biasanya untuk santet, itu bagian dari dunia santet. Santet akan selalu aksis di era apapun. Karena manusia menggunakan imbas konflik yang tidak diselesaikan, maka pelampiasannya dunia hitam," ungkapnya muda kenamaan KH Ahmad Muwafiq menambahkan jenglot yang ditemukan di Kudus belum tentu asli. Menurutnya saat ini banyak jenglot yang palsu."Ya saya tidak tahu jenglot yang ditemukan yang asli apa yang palsu, karena saat ini banyak beredar jenglot yang palsu," kata pria yang akrab disapa Gus Muwafiq ini kepada detikcom, Kamis 4/3.Menurutnya jika jenglot itu asli akan bergerak bukan diam. Apalagi jenglot ditaruh di dalam sebuah kotak. Menurutnya saat ini banyak yang jual jenglot."Kalau yang asli itu memang benar-benar makhluk, dia hidup dan dia bergerak bukan malah diam dan diwadhahi dikemas kotak seperti itu. Jadi kalau jenglot itu bergerak, makanya kalau orang ketemu fenomena jenglot itu biasa saja, karena sekarang banyak yang jual," terangnya."Coba saja kalau ketemu jenglot dibedah, kalau yang asli bentuknya seperti manusia tapi memang mengecil, meski keriput dia mengecil tapi utuh. Bukan benda mati, seperti boneka itu, karena jenglot itu bergerak," cerita Gus Muwafiq soal jenglot pernah jadi tren pada masa Majapahit..Simak juga 'Penemuan 2 Jenglot Gegerkan Warga Sragen'[GambasVideo 20detik]

makam ki buyut tanggal